KU SEBRANGI PULAU – PULAU DEMI
TUJUAN YANG MULIA
Di suatu
malam ada seorang anak yang sedang bimbang dalam memilih tujuan hidupnya karena
dia telah menyelesaikan Pendidikan smp nya, nama anak itu adalah Saad, dia
hidup dalam lingkungan rumah yang agamis, anak ini bertempat tinggal di daerah
Timika, Timika adalah suatu kota di provinsi Papua, satu provinsi dengan kota
Merauke yang menjadi ujung negara Indonesia bagian timur, dan juga kota Timika
adalah kota yang paling dekat dengan PTFI (pt.freeport Indonesia) yaitu tambang
emas paling besar di Indonesia bahkan dunia.
Setelah ia
lulus dari smp nya yang berada di daerah jawa timur, ia pun langsung pulang ke
kampung halamannya di Timika, setelah melewati banyak kesulitan di perjalanan
(pada saat insiden corona sedang panas - panasnya), akhirnya ia sampai di rumahnya
dan banyak sanak keluarga yang menyambut kedatangannya, Saad pun tersenyum
lebar tanda kebahagian yang ia rasakan di hari itu.
Di Hari –
harinya selama liburan di rumah, ia selalu senang, selalu ceria, selama 24 jam
waktunya, ia gunakan hanya untuk bersenang – senang, di pagi hari ia gunakan
untuk bermain hp sampai waktu dzuhur, di siang hari setelah sholat dzuhur, ia
gunakan untuk makan juga tidur, dan di malam harinya pun ia juga memakainya
hanya untuk makan dan bermain hp sampai tengah malam, setelah ia merasakan
ngantuk barulah dia akan tidur.
Ia
menjalani hari – harinya seperti itu bukan hanya selama satu minggu dua minggu,
tapi berbulan – bulan lamanya, persisnya enam bulan, berat badan yang awalnya
75 kg, selama enam bulan langsung naik hingga 125 kg, perubahan yang sangat
signifikan bukan ?, bagaimana tidak, anak itu sangat lahap dengan makanan,
setiap perutnya terasa kosong ia langsung ke ruang makan di rumahnya dan
memakan semua jenis lauk yang ada di meja makan, dan dia tidak akan berhenti
sebelum perutnya terasa kenyang yaitu setelah tambah satu piring atau dua
piring dengan porsi yang tidak wajar.
Hingga suatu hari ia disuruh untuk
menjadi imam sholat maghrib di masjid depan rumahnya, masjidnya lumayan besar
memiliki empat tingkat dan memiliki luas yang cukup untuk jamaah sholat hingga
ratusan orang, ia mendapat tugas untuk mengimami sholat maghrib, ia agak gugup
karena ia harus mengeraskan suaranya pada saat mengimami nanti, dan pada
akhirnya ia menyelesaikan tugasnya dengan lumayan lancar dan ia pun dapat
kembali bernafas dengan lega.
Namun, di esok harinya ia
mendapatkan “sesuatu” yang sangat ia benci ketika ia mendengarnya yaitu, “Saad
sudah berapa juz hafalannya?”, itulah “sesuatu” yang sangat ia benci,
pertanyaan itu banyak ditanyakan oleh bapak – bapak jamaah masjid yang mengira
bahwa Saad sudah memiliki banyak hafalan qur’an, karena setahu mereka Saad
mondok tiga tahun di daerah Jawa timur tepatnya di ponpes al – fatah temboro,
pondok pesantren yang mencetak sangat banyak hafidz qur’an dan juga pemuda –
pemuda yang alim di dalam perkara agama tetapi, Saad tidak mengambil program
tahfidz, ia mengambil program diniyyah formal, maka dari itu, ia tidak memiliki
hafalan al – qur’an selain juz 30 dan
surah – surah yang sudah umum di hafal oleh orang – orang.
Semenjak kejadian itu, entah kenapa
di hari- hari selanjutnya pertanyaan itu semakin banyak ia dapatkan yang
awalnya hanya di dapatkan di lingkungan masjid, namun sekarang ia juga
mendapatkannya di lingkungan keluarga nya, semakin hari pertanyaan itu semakin
memenuhi kepalanya, dan pertanyaan itu telah menjadi “Trending topic” di
otaknya, hingga berhari – hari lamanya.
Hingga pada suatu malam ia berbicara
dengan dirinya sendiri, tentang apa tujuan hidupnya setelah lulus smp ini,
apakah ia akan menjadi menjadi orang yang alim dalam agama ataukah ia akan
menjadi hafidz al qur- an 30 juz ?, ia pun memikirkan kedua pilihan itu dengan
sangat serius, setelah berpikir cukup lama, ia pun diam dan menghela nafasnya,
ia sudah memilih pilihannya, dan ia sudah menanamkan pilihan itu di dalam
hatinya yang terdalam, bahwa tujuan hidupnya yang selanjutnya adalah menjadi
hafidz al qur- an 30 juz.
Setelah bangun dari tidurnya yang
sangat nyenyak, ia pun langsung persiapan untuk melaksanakan kewajibannya di pagi hari, setelah semua
kewajiban tertunaikan, ia mendatangi ayahnya untuk berbincang – bincang
mengenai pilihannya tadi malam, setelah berbincang ia pun mendapat satu pilihan
sekolah tempat ia akan memulai menghafal al – qur’an , tempat itu bukan temboro
lagi, tapi Krincing lah yang menjadi pilihannya.
Akhirnya ayahnya pun memesan tiket
pesawat tujuan Bandara Juanda Surabaya, “kenapa tidak lewat Jogja aja ?, kan
lebih dekat dengan Krincing”, ia pun harus datang ke temboro untuk mengambil
ijazahnya selama satu minggu, setelah semua selesai, ia pun langsung berangkat
ke krincing.
Setelah melewati perjalanan yang
cukup panjang, akhirnya ia pun sampai di desa Krincing, ia tiba pada malam hari
yang dingin, ia segera mendatangi rumah yang sudah di bangun oleh sang nenek
untuk cucu – cucunya yang mondok di krincing rumah itu letaknya cukup dekat
dari pondok, sesampainya dirumah ia mandi kemudian langsung istirahat, ia butuh
banyak istirahat supaya dapat leluasa mengurus kepindahannya di esok hari.
Di esok harinya ia datang bersama
ayahnya ke satu rumah di desa itu, rumah itu adalah rumah pak Puji kepala
sekolah SMK ADA Krincing, ia datang utuk mengurus kepindahannya ke SMK ADA,
kesan pertamanya kepada pak Puji adalah beliau selalu bersemangat di manapun
dan kapanpun, beliau juga orang yang sangat sabar dalam menghadapi murid –
muridnya.
Urusan perpindahan dan pendaftaran
pun akhirnya selesai juga, sekarang Saad sudah resmi menjadi murid di SMK ADA,
ia pun segera Kembali ke rumahnya untuk mengambil barang – barangnya dan di
bawa ke kamarnya di SMK. Dan ia pun sudah mulai tidur di kamar itu, dan hari
itu menjadi hari pertamanya di SMK ADA.
Menghafal al – qur’an di sekolah ini
tidak semudah yang ia pikirkan, ia juga memiliki kewajiban untuk masuk kelas
pelajaran formal yang memakan waktu pelajaran yang cukup panjang dan juga cukup
membuatnya jenuh yaitu tiga jam pelajaran formal itu terasa sangat lama dan
membosankan baginya.
Saad memiliki target setoran yang
cukup banyak yaitu dalam sehari menyetor lima halaman al – qur’an, ia pun
menghitung waktu yang dapat ia gunakan untuk menghitung waktu yang dapat ia
gunakan untuk menghafal, pada saat menghitung, ia tersadar bahwa waktu yang
diberikan sekolah untuk program tahfidz tidak cukup baginya untuk menghafal
lima halaman, lewat di kepalanya “ngaji malam sampai jam 12 lewat bisa gak
ya?”, jawabannya “tidak bisa”, ia tidak kuat menahan rasa ngantuk apabila rasa
itu sudah datang, maka muncullah di kepalanya satu ide “cemerlang” baginya,
yaitu bolos pelajaran formal dan memakai waktu formal sebagai waktu
tambahan untuk mencapai target hariannya
dengan dalil bahwa pelajaran formal sangat lama dan membosankan baginya,
sehingga ia merasa bahwa jam waktunya terbuang sia – sia.
Namun ide itu ia buang jauh – jauh
karena ia mengingat nasehat gurunya yaitu “tempatkan lah sesuatu pada
tempatnya waktunya ngaji, ngaji dan
waktunya formal, formal. Jangan sampai dzolim dalam menempatkan waktu”. Ia pun
mentaati nasehat itu, dan hanya mengaji pada waktu yang sudah dimusyawarahkan
dan tidak menyentuh waktu yang sudah ditetapkan program lain di dalamnya.
Segala puji bagi Allah, dengan
berkah taat nasehat guru dan taat musyawarah kemampuan menghafal Saad semakin
bagus, cepat, dan juga semakin lancar, lima halaman yang orang – orang menganggapnya sangat sulit untuk di hafal
dalam waktu sehari, bagi Saad itu adalah hal yang mudah dilakukan dalam sehari.
Saad pun semakin semangat dalam mengejar target hariannya.
Hari demi hari, bulan demi bulan,
tahun demi tahun, tak terasa sekarang ia sudah memasuki tahun ke tiga di SMK
ADA, banyak suka dan duka yang sudah ia hadapi selama sekolah disana dan dengan
rahmat Allah ia sudah memiliki banyak hafalan qur’an, ketika naskah ini ditulis
ia sudah memiliki hafalan qur’an sebanyak tiga puluh (30) juz artinya ia sudah
berhasil menjadi hafidz al qur’an dan ia
sekarang sedang mengejar target kubro (simaan 30 juz sekali duduk) semoga Allah
SWT memberkahi hafalan qur’annya dan bermanfaat bagi dirinya dan umat seluruh
alam. Aamiin.
@saad_at345
Posting Komentar