MASA-MASA DI PONDOK PESANTREN

 



MASA-MASA DI PONDOK PESANTREN

Karya oleh: Muhammad Abdul Hakim

Pada bulan Januari tahun 2005 telah lahir seorang bayi laki-laki yang prematur, dokter juga sudah memvonis bahwa bayi ini tidak akan bertahan lama hidup di dunia di karenakan kondisi fisiknya yang lemah, tetapi kehendaknya Allah SWT telah berkata lain . Dan ini lah saya Muhammad Abdul Hakim di lahirkan dari sosok ibu yang penyabar, dokter memang bisa memvonis pasiennya tetapi dia tidak tau akan kehendak penciptanya, kemudian saya di besarkan di kota yang mendapat julukan kota belimbing dewa atau sering di sebut juga kota Depok. Saya di didik dari kecil oleh orang tua supaya menjadi orang yang dermawan tidak berharap kepada orang lain dan berakhlaq mulia, orang tua saya tidak pernah memaksa saya untuk selalu nomer satu di kelas, asalkan kamu sudah berusaha semampu kamu dan sebisa kamu, karena yang di inginkan oleh orang tua saya bukan hanya sekedar pintar dan cerdas dalam belajar tetapi baik atau bijak dalam beretika kepada orang lain,sebab tidak ada manfaatnya orang yang memiliki ilmu yang banyak tetapi tidak memiliki atitut atau akhlaq yang baik kepada orang lain.

Semasa di Madrasah Ibtidaiyah (MI) orang tua selalu berbicara kepada saya nanti kalo sudah lulus kamu mondok ya? Ketika mendengar hal tersebut saya diam dan merenung tidak berbicara apa-apa. Hari demi hari bulan demi bulan  tahun demi tahun waktu demi waktu pun berlalu, tibalah waktu ketika saya lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, kemudian saya di daftarkan ke Pondok Pesantren Sunanul Husna yang terletak di daerah Tanggerang Selatan. Setelah selesai mendaftar, ke dua orang tua saya mengantarkan saya masuk ke dalam pesantren, di dalam hati kecil saya berbicara, “Ooh.. seperti ini suasana di dalam pondok pesantren ada yang bermain bola kemudian ada yang sedang mandi, mencuci dan lain-lain." Ketika saya sudah sampai di asrama, orang tua saya mulai menata-nata dan memasukan baju saya ke dalam lemari yang sebelumnya sudah di persiapkan dari rumah, setelah semuanya beres orang tua saya memberikan uang untuk membeli keperluan-keperluan yang belum di beli seperti seperti sabun,odol,sikat gigi,rinso dan sisanya untuk jajan.

Kemudian orang tua saya pamit untuk pulang ke rumah, dengan hati sedih saya mencium tangan kedua orang tua sembari melihat langkah demi langkah mereka mulai menjauh, kemudian saya kembali ke asrama sambil menahan air mata, sesampainya di asrama saya mulai berfikir bahwa saya harus belajar mandiri. Di pondok pesantrenlah karakter dan mental saya di bentuk, ketika saya mulai melewati beberapa hari di pondok pesantren saya mulai tertarik untuk belajar ilmu agama, karena banyak hal yang saya belum ketahui, seperti tata cara sholat yang  baik dan benar sebagai mana yang Nabi Muhammad Saw contohkan, kemudian di pondok pesantrenlah saya belajar tentang adab-adab kepada orang tua, guru, dan teman. Saya juga menghafal kitab seperti safinatunnajah, jurumiah, imrity, dan hadist arbain, waktu itu ketika ujian kenaikan kelas dua MTS saya pernah mendapatkan juara tiga dan dalam pelajaran non formal seperti belajar kitab kuning saya mendapatkan juara satu, lalu saya di beri hadiah dua piagam kemudian di gratiskan kitab selama satu tahun.

Ketika pertengahan kelas tiga MTS kami mendapatkan berita bahwa ada wabah penyakit yang bisa mematikan, virus itu berasal dari negara Cina sekarang wabah itu sudah sampai di Indonesia dan wabah itu di beri nama virus corona. Ketika kami mendengar berita itu, kami santri merasa khawatir lalu ustadz memberikan kami tausiyah dan semangat, kemudian di dalam tausiyahnya beliau berkata “Sesungguhnya virus corona tidak dapat memberikan manfaat dan mudorot kepada kita kecuali atas izin Allah Swt dan virus corona tidak dapat membunuh kita kecuali atas izin Allah Swt” kita takut boleh tetapi jangan terlalu berlebihan. Keesokan harinya pondok pesantren di perketat, santri tidak boleh keluar dari lingkungan pondok selama berminggu-minggu, kemudian di beritahukan bahwa situasi di luar sana semakin memburuk di karenakan virus corona. Lalu Yayasan bermusyawarah, setelah musyawarah selesai kemudian ustadz memberikan laporan hasil keputusan musyawarah kepada seluruh santri, bahwa perpulangan di percepat di karenakan untuk menghindari fitnah-fitnah yang timbul dari virus tersebut. Dan untuk kelas tiga MTS ujian nasional resmi di hapus oleh pemerintah, setelah mendengar hal tersebut kami bersorak ceria, setelah liburan pondok telah usai kemudian saya kembali ke pondok tetapi bukan untuk menjadi siswa lagi melainkan sudah menjadi alumni, saya kembali ke pondok pesantren dengan niat mengambil ijazah untuk melanjutkan study di SMK A-D-A (al-qur’an dan dakwah alam) Magelang, ketika saya mengambil ijazah ustadz-ustadz banyak yang bertanya "Kamu mau pindah ke mana Hakim?"  kemudian saya menjawab "Mau pindah ke SMK A-D-A Magelang ustadz", lalu ustadz menjawab "Ooh… SMK A-D-A Magelang". Alesan kenapa saya pindah ke SMK A-D-A  karena SMK A-D-A atau Payaman terkenal sekali di pondok saya dulu dan alesan yang lain juga karena kedua orang tua saya alumni pondok pesantren Payaman yang masih satu Yayasan dengan SMK A-D-A bedanya kalo Payaman tidak ada pelajaran formalnya.

Sebetulnya saya tidak mau menghafal Al-Qur’an karena saya sadar bahwa saya ini orang bodoh, yang menghafal Al-Qur’an hanya orang-orang pintar saja menurut pendapat saya dulu, kemudian bapak saya menasehati saya bahwa Al-Qur’an ini adalah rahmat dari Allah dan Allah akan memberikan karunianya tersebut kepada seluruh hambanya walaupun orang itu pintar,bodoh,sempurna ataupun tidak sempurna. Banyak kok buktinya orang buta tetapi dia hafal Al-Qur’an dan juga ada orang yang tidak bisa berjalan tetapi dia bisa hafal Al-Qur’an masa kita yang tidak seperti itu tidak bisa menjadi hafiz Al-Qur’an dan Allah memberikan jaminan kepada orang yang hafal Al-Qur’an bahwasanya api neraka tidak akan menyentuh jasad orang yang hafiz Al-Qur’an, kemudian ketika di surga kedua orang tuanya akan di berikan mahkota dan di pakaikan baju yang terbuat dari sutra. Setelah saya mendengar nasehat dari bapak, seketika saya terdiam kemudian bapak saya bilang ”coba dulu aja hafal Al-Qur’an sedikit-sedikit, seandainya kamu tidak jadi hafiz Al-Qur’an setidaknya kamu sudah berusaha semampu kamu,” saya masih berfikir kalau saya pindah ke SMK A-D-A takutnya saya orang yang  paling bodoh di sana, dengan hati yang penuh kebingungan saya berusaha mentaati perintah orang tua.

Kemudian ada satu teman saya juga yang ingin pindah ke SMK A-D-A karena dia belum tau jalan ke Magelang saya menawarkan dia untuk berangkat bareng bersama saya dan keluarga, lalu kami mulai berangkat dari jam delapan pagi sampai Magelang jam tujuh malam ba’da isya, setelah tiba di Magelang saya menginap di rumah nenek saya selama tiga hari,sedangkan teman saya dia tinggal di rumah abangnya di Magelang, setelah tiga hari di rumah nenek, saya pun di antar ke sekolah baru yang berbasis pondok pesantren yang bernama SMK A-D-A. selepas di antar, orang tua saya langsung pulang dan saya di suruh mengikuti acara MPLS(masa perkenalan lingkungan sekolah) kemudian hati saya bergumam, saya ini seperti di buang di sini sama orang tua, memang saya pernah mondok tetapi ini beda, ini di Jawa saya belum mengerti bahasanya, watak orang-orangnya saya bingung ya Allah, setelah saya berfikir lagi tidak ada gunanya juga saya marah-marah gak jelas, orang mereka pun sudah pulang. Kemudian saya berjalan menuju lantai dua untuk mengikuti acara MPLS, setelah acaranya selesai, saya berdiri di depan kelas sambil melihat-lihat pemandangan dengan harapan ada yang mengajak saya berbicara, setelah saya sudah merasa bosan dan malu, lalu saya bergegas masuk ke asrama, ketika saya sudah di dalam asrama tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri saya kemudian menanyakan nama saya dan asal dari mana, Lalu saya menjawab "Nama saya Hakim asal dari Depok, kalo kamu namanya siapa?", "Saya Mufid asal dari Purwokerto" setelah itu dia langsung mengenalkan saya dengan teman-teman yang lain, sebab dia saya mendapatkan teman baru.

Keesokan harinya setelah saya makan pagi, pak Puji menyuruh saya dan teman-teman yang lain untuk memotong pohon pisang yang ada di belakang dapur lama berjumlah empat pohon pisang, selepas itu kami ada yang bertugas memotong pohonnya ada juga yang bertugas menarik pohonnya, setelah semuanya selesai batang pohon pisangnya juga sudah di singkirkan lalu kami kembali ke asrama masing-masing untuk mandi dan beres-beres, setelah dua hari berlalu saya dan teman-teman mendapat kabar katanya kakinya pak Puji tiba-tiba bengkak lalu kami befikir apa ini gara-gara saya dan teman-teman pak Puji sampai seperti itu? Soalnya ketika itu kami memotong pohon pisang sembari tetawa dan becanda mungkin penunggunya merasa terganggu gara-gara kami rusak rumahnya. Setelah kejadian itu pak Puji memerintahkan seluruh santri SMK A-D-A membacakan amalan-amalan, setelah selesai di bacakan amalan-amalan lalu di tiupkan ke air yang sudah di sediakan, kemudian air tersebut di siramkan mengelilingi gedung SMK A-D-A di jadikan sebagai tameng penjagaan dari makhluk gaib, Alhamdulillah asbab dari amalan para santri kakinya pak Puji yang mengalami bengkak hari demi hari mengempes. Tak terasa satu bulan telah berlalu di SMK A-D-A walaupun namanya terdengar seperti aneh SMK A-D-A (Al-Qur’an dan Dakwah Alam) tetapi di sini menghasilkan santri-santi yang paham ilmu agama, berakhlaq mulia dan juga hafiz Al-Qur’an hafal 30 juz Al-Qur’an, kemudian fasilitas di SMK A-D-A cukup memadai  dengan bermacam-macam ekstrakulikuler antara lain futsal, silat, panahan, voly, hadroh, badminton dan lain sebagainya. Sembari mengisi waktu luang saya mengikuti ekstrakulikuler panahan, sebelumnya saya ragu untuk mengikuti ekstrakulikuler panahan karena saya berbadan kecil tidak besar dan berotot seperti teman-teman yang lain, kemudian saya di support terus oleh teman dan pelatih, kamu pasti bisa asalkan kamu harus Latihan fisik setiap hari. Kemudian sebab merekalah saya semangat Latihan panahan dan sampai akhirnya saya dan teman satu tim dapat mewakili sekolah untuk mengikuti lomba panahan se kabupaten, lomba panahan yang pertama di dalam ruangan(indor) jaraknya 20 meter dan lomba panahan yang kedua di luar rungan(outdor) jaraknya 50 meter, walaupun SMK A-D-A tidak mendapatkan juara tetapi tetapi kami tidak putus asa karena kita bermain panahan saja sudah mendapatkan pahala, jadi kita tidak sia-sia bermain panahan dan banyak keuntungan yang di dapat.

Tak terasa tahun berganti tahun sampai akhirnya saya naik di kelas XII, kelas yang paling terakhir penentu kita di masa depan, saya bingung setelah lulus dari SMK belum ada rencana ke depannya, sedangkan sebagian teman-teman sudah ada yang membuat rencana atau planing setelah lulus, ada yang melanjutkan studynya lagi ke universitas dan ada juga yang masih ingin mondok untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya. Dan yang ingin menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya itu rata-rata dari teman-teman saya bisa di bilang kurang tertib, walaupun mereka kurang tertib di pondok tetapi mereka mempunyai ambisi menjadi hafiz Al-Qur’an, itu yang saya saluti dari mereka. Disaat itu saya merasa malu  kepada diri saya sendiri, masa saya kalah sama orang yang kurang tertib, saya juga tidak mau kalah sama mereka, selepas lulus saya mau mondok lagi lah sebab mereka saya mendapatkan motivasi untuk semangat mondok lagi. Ustadz saya pernah berkata “Di pondok itu bukan tempatnya orang baik, tetapi tempatnya orang jahat ingin menjadi baik” kemudian ustadz berkata kembali “Sebesar-besarnya ikan pasti ada tulangnya dan sekecil-kecilnya ikan pasti ada dagingnya” maksudnya sebaik-baiknya seseorang pasti ada kejahatannya dan seburuk-buruknya seseorang pasti ada kebaikannya, jadi kita jangan menilai seseorang dari luarnya saja tetapi nilailah seseorang dari hatinya. Sebelum saya mengakhiri cerita ini saya cuma ingin mengingatkan kepada para pembaca seandainya ada yang kuliah atau mondok, jadikanlah diri kita berguna dan bermanfaat bagi oran lain, Imam Syafi’i pernah berkata “Tujuan dari sebuah ilmu itu adalah untuk mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah ilmu yang terealisasikan dalam kehidupannya, bukan ilmu yang hanya bertengger di kepala.” “Kita membaca sejarah itu memang penting, tetapi yang lebih penting lagi kita yang membuat sejarah,” maksudnya jadikanlah diri kita sebagai sejarah yang baik, supaya orang-orang dapat mengambil manfaat dari apa yang kita lakukan selama hidup di dunia.

 

 

Posting Komentar

Copyright © SMK ADA. Designed by OddThemes