BERUBAH ULAT MENJADI KUPU KUPU
Oleh: afrian laonga
Asalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Kepada pembaca yang tercinta, izinkan saya
untuk memperkenalkan diri.
Perkenalkan nama saya Afrian laonga,
saya adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara, saya lahir di Timika - Papua pada
tanggal 28 agustus 2005. Dan sekarang saya tinggal di Manado – Sulawesi utara
Ibu
saya menamai saya Afrian laonga karena terinspirasi dari salah satu nama pulau
terbesar di Indonesia yaitu IRIAN JAYA atau yang sering didengar dengan pulau
PAPUA. Saya dirumah sering dipanggil Rian tapi kalau diluar lebih sering
dipanggil Afrian. Di Usia 5 tahun saya tidak masuk TK dikarenakan alasan yang
tidak saya ketahui, tetapi ibu adalah guru terbaik sedunia, mendidikku dirumah
dengan ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya,sehingga saya bisa
mengaji,shalat,menghitung membaca,menulis,dan sebagainya.lalu saya pun masuk SD
Negeri pada usia 7 tahun seperti anak pada umumnya.
Sejak
saya masuk di jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu SMP (Sekolah Menengah
Pertama), saya sudah mulai istiqomah sholat berjamaah dimasjid dan mulai
mencoba sunnah Rasulullah Saw seperti siwak, sholat qobliah & ba’diah dan
lain-lain.oh ya, saya bersekolah di SMPN 1 KAUDITAN yang gak terlalu jauh dari
rumah saya, butuh 10 menit sampai kesana. Dan singkat cerita, di umur 14 yaitu
kelas 3 SMP saya dinasehati oleh kakak ipar saya, pada waktu itu detik demi
detik, hari demi hari aroma kelulusan sudah mulai tercium, membuat saya sedikit
tegang menyambut hari itu dan membuat saya bertanya-tanya. apa yang akan
terjadi pada saat itu ya, apakah suasana bahagia akan berubah menjadi kesedihan
seperti yang dikatakan teman saya?. waktu dzuhur pun tiba,suara yang sangat
khas terdengar sangat merdu membuat suara yang ada disekitar menjadi senyap,
saya pun pergi ke masjid bersama adik dan kakak ipar saya yang bernama Subhan
bachsoan, dialah yang membuat saya tertarik untuk mondok, dia adalah suami dari
kakak pertama saya, dia baik dan sering menasehati saya.
Selepas
sholat dzuhur kami lalu pulang ke rumah, diperjalanan dia bertanya tentang satu
hal,
“rian,
habis dari sini (SMP), kau mau kemana?” saya terdiam sejenak,
“kayaknya
saya mau masuk STM” tapi saya masih bingung mau masuk mana, cuma asal bilang
aja.
“mending
kau masuk pondok pesantren aja, supaya di keluarga minimal ada 1 orang yang
paham agama” kata kakak iparku. Menasehati.
Saya pun terdiam sejenak sambil
mencerna kata-katanya dan berjalan menuju rumah. Dari situ saya mulai berpikir, bagaimana kalau saya mondok
aja ya? Kayaknya keren juga jadi santri. Hari pun terus berganti, menyisakan
pertanyaan yang begitu rumit untuk dijawab bagiku.
Malam
yang tenang dengan cahaya rembulan yang terpancar dari langit, serta angin
lembut yang berhembus lembut. Saya bersantai sambil main HP setelah sholat
isya, dan disaat sedang asik nyekrol facebook, terlintas di otakku untuk
menelusuri lebih dalam tentang pondok pesantren, mula-mula saya mencari pondok
yang sangat terkenal dikalangan masyarakat, yaitu PONPES Al-Fatah, Temboro -
Magetan yang berada di jawa timur. Saya tertarik dan bersemangat untuk kesana, ditambah lagi
dengar-dengar sahabat saya Adit, dia juga mau masuk disana , saya jadi lebih
senang dan semangat untuk mondok. lalu suatu hari ada dua anak pondok yang
datang ke rumahku, untuk bertemu denganku, mereka datang disaat yang tidak
tepat, disaat saya sedang asik main game, tapi gak apa apa. mereka datang
dengan maksud mengajak saya untuk mondok, dan mereka ternyata adalah sepupu
saya yang mau mengajak saya untuk mondok di temboro, mereka menawarkan banyak
sekali ilmu-ilmu dan keuntungan mondok di sana, salah satunya beladiri yang
sangat terkenal yaitu Boxing. Setelah itu saya langsung bilang ke ibu saya
kalau saya mau mondok setelah lulus, awalnya ibuku menolak, namun saya
membujuknya dengan mengatakan “ibu saya mau mondok supaya ibu dan bapak bisa
masuk surga”, ibuku langsung terdiam mendengar perkataanku itu.
Pertengahan
tahun 2020 adalah tahun yang suram, tahun dimana wabah penyakit mematikan dari
negeri Cina menyerbak kemana-mana seperti binatang buas yang sangat kelaparan,
menerkam semua yang ada didekatnya. Dunia pun digoncangkan oleh nya dan lebih
parahnya ekonomi rakyat menurun drastis karena banyaknya perusahaan dan
pabrik-pabrik yang terhenti serta tempat-tempat wisata,pasar,rumah
makan,bandara,Pelabuhan dan tempat-tempat ramai lainnya, semua terpaksa
dihentikan sementara oleh sistem yang diterapkan pemerintah, yaitu LOCKDOWN.
Sekolah-sekolah pun diliburkan oleh pemerintah, teman-temanku sangat gembira
mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa sekolah diliburkan, sampai
sampai seisi sekolah penuh dengan suara seruan yang sangat bersemangat dan
menggema ke seluruh gedung.
"Huuuu……...Libuurr…."
"Yesss pulang… pulang…" mereka berteriak dengan
semangat.
Kami diliburkan selama beberapa
minggu, lalu berubah menjadi berbulan-bulan. kami lulus tanpa ada Ujian
Nasional dan acara wisudahan, libur yang kami kira adalah libur yang
menyenangkan berubah menjadi hari hari yang membosankan, tidak ada lagi sekolah
tidak ada lagi belajar, apalagi uang jajan. Tahun 2020-2021 adalah tahun-tahun
paling buruk sedunia.
Belum lama setelah saya mengajukan
niat saya itu, disuatu malam dibulan September ibuku ditawari oleh bibiku
pondok dakwah yang ada di jawa tengah yaitu pondok krincing, dan awalnya saya
ragu-ragu karena gak ada teman untuk kesana karena saya malu kalau sendirian
masuk pondok, namun saudara saya yang seumuran denganku, Fatir namanya, dia
juga mau mondok di sana jadi saya langsung mau karena ada teman. Beberapa hari
yang lalu setelah kedatangan jamaah temboro, saya sudah pernah diajak sama
seseorang dari desa sebelah, yang juga sepupu saya, lebih tepatnya sepupu dua
kali, Namanya kak halik, dia datang dan bercerita tentang pondoknya, yaitu
pondok yang akan saya tuju, lalu dia mengajak saya berkunjung ke rumah
teman-teman saya untuk mengajak mereka supaya mondok bareng, kami hanya
mendatangi 2 rumah aja, yang pertama Fadil, dia adalah sahabat saya sejak SMP,
dia juga ada niatan buat mondok tetapi orang tuanya tidak menyetujuinya karena
takut terkena wabah virus corona, kamipun lanjut ke rumah Adit dia juga
sahabatku walaupun kami beda sekolah, saya SMP dia MTs, namun kami sering
bermain bareng dirumahnya.
Kami
tiba di rumahnya dan kak halik mulai menawarkan kepada orangtuanya tentang
ponpes Darul mukhlasin – Krincing, tapi kata ibunya, “kayaknya adit mondok
disini aja soalnya ibu mau pemondokannya di gorontalo supaya dekat, karena
kalau jauh mahal biayanya”. Lalu setelah berbincang-bincang dengan orangtuanya,
kamai pamitan lantas pulang, dan Adit mengikutiku karena jalan ke masjid
sejalan dengan rumahku. Kak halik pun langsung pulang karena sudah sore dan
kami melanjutkan pergi ke masjid bareng-bareng.
Akhirnya
saya positif mondok, orangtua saya yang semula ragu saya mondok sekarang malah
mendukung dengan semangat. Seminggu sebelum saya berangkat mondok, fathir sudah
lebih duluan berangkat dengan ibu dan kedua adiknya ke jawa, tapi saya belum
karena harus rapid test. dan setelah rapid test kata susternya saya reaktif,
trus disuruh karantina mandiri dirumah selama dua minggu, ibu saya marah akan
hal itu, ibuku terasa seperti dibodohi oleh mereka, mereka menjadikan wabah
penyakit ini sebagai bisnis gelap untuk kekayaan mereka sendiri, tapi ibuku
memiliki hati yang sangat lembut dia memilih untuk mengikhlaskannya dibanding
melaporkannya.
Besoknya
ibuku mengajak saya rapid test di kota Manado, kami dirujuk ke RSK oleh kenalan
ibuku yang juga pendakwah, katanya disitu rapid tes nya murni, akhirnya setelah
saya ates, hasilnya NEGATIVE.
27 september 2020, bertepatan pada
hari minggu, saya sangat gelisah menyambut hari itu dan akhirnya hari itu pun
tiba. Barang-barang sudah siap dan saya pergi sholat subuh yang ke terakhir
kalinya bersama bapak dan adik saya
sebelum ke pondok, sungguh itu subuh yang paling sedih buat saya, disaat saya
pulang mobilnya sudah datang dan saya segera mengganti pakaian dan
bersiap-siap. Abngku dan kakekku
membantu mengangkat barang, sedangkan kakakku tidak ikut karena sibuk mengurusi
anaknya, dan setelah semua barang telah siap, saya sangat sedih Ketika
berpamitan dengan kakek, abang dan kakak
perempuanku itu, mataku langsung menjadi hangat seketika sehingga mengeluarkan
air mata. Yang ikut mengantarku hanya kedua adikku, ibu, bapak dan nenek. Satu
jam kemudian kami sampai di bandara Sam ratulangi – manado. Dan waktu
keberangkatan pun tiba, saya Kembali bersedih lagi karena akan meninggalkan
keluarga dan tanah tempatku tinggal, nenek lah uang paling berat melepaskanku
karena saya dari mulai SD kelas tiga tinggal bersama nenek, akhirnya saya dan
ibu saya pergi menuju gerbong 3, bayang-bayang mereka mulai menjauh kemudian
menghilang dalam pandanganku, tak lama kemudian kami naik pesawat dan terbang
menuju Java Island.
Kami
tiba di bandara Kulon progo – Jogja, disitu kami dijemput oleh ustadz Zaid dan
istrinya beserta bibiku dan anak perempuannya, kami singgah di rumah makan dulu
setelah itu lanjut ke kontrakan bibiku. Kontrakan bibiku tidak jauh dari
pondok. ibuku disini cumin seminggu, jadi saya merasa sedikit lega karena ibuku
masih seminggu lagi disini.
Dua
hari setelah itu saya masuk ke pondok, saya dibonceng ustadz Zakaria Bengkulu
kesana, saya kira pondok yang dimaksud
bibiku seperti pondok pada biasanya ternyata adalah SMK A-D-A, sekolah formal
yang berbasis pondok, disini kami belajar agama dan juga menghafal Al-Qur’an .
Saya
dimasukkan di khowas, yaitu asrama khusus atau bisa dibilang VIP, yang
didalamnya berisi 4 orang siswa bersama
1 ustad pendamping, dan disitulah saya bertemu dengan saudara saya. Awalnya
saya kesepian karena temanku satu-satunya hanyalah Fatir dan akhirnya saya pun
bisa menyesuaikan diri dengan mereka.
Setiap
hari kamis dan jumat kami libur, jadi kami bisa pulang ke kontrakan untuk melepas
rindu. Walaupun saya bisa main HP dirumah tapi pikiran saya bukan di hp, saya
gelisah karena ibuku akan pulang
hari esok, saya pun VC sama keluarga dirumah untuk menghilangkan
kegelisahan yang ada di benakku. Sore pu tiba, kami berpamitan dengan kedua
orangtua kami, saya sedih dan hamper mengeluarkan air mata saat itu, dan yang
membuat saya tambah sedih adalah ibu saya menemani kami sampai didepangerbang
SMK, disaat mau masuk ibu saya langsung memelukku dan mencium kedua pipiku yang
membuat hati saya sangat perih dan seperti ditusuk-tusuk. Akhirnya saya bisa
melepaskan orang yang saya sayangi demi belajar agama.
Saya
sangat bahagia bisa sekolah disini, karena disini masyarakatnya begitu baik dan
ramah, memang sudah tradisi orang jawa ketika bertemu, saling menyapa walaupun
gak kenal, itulah yang saya senangi disini, pemandangannya indah, tempat wisata
dimana-mana, situs-situs bersejarah yang terkenal dan ditambah lagi Jawa adalah
penghasil Ulama dan pondok pesantren terkenal di Indonesia.
Akhirnya
beberapa bulan kemudian, saya sudah memiliki banyak teman dan alhamdulillah
saya bisa betah sekolah sambil mondok disini, tidak sia-sia saya bersekolah
disini, selain menimba ilmu saya juga dapat mengangkat derajat kedua orang tua
dan juga menghantarkan kedua orang tua saya ke dalam surganya Allah Swt.
Demikian cerita dari saya, semoga bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian.
شكرا ماتسيرون
Kepada Al di
manado – Sulawesi utara masuk d 7
Posting Komentar