BAHAGIA DI UJUNG DERITA

 



BAHAGIA DI UJUNG DERITA 

Karya oleh : Muhammad ali ramdhan

 

Perkenalkan nama saya Muhammad Ali Ramdhan. Saya lahir pada 8-oktober-2005 dan saya tinggal di Kalimantan (Samarinda). Tepatnya di sini saya akan menceritakan sedikit kisah  hidup saya dari SD hingga masuk SMK. Saya adalah anak ketiga dari 4 saudara dan di keluarga saya hanya saya yang mondok di Pesantren hingga lulus dari kecil saya di didik dengan orang tua saya dengan baik.

Ketika SD saya rajin mengaji di TPA tapi  anehnya dari  kelas 1 SD hingga kelas 6 SD saya belum bisa mengaji bahkan belum hafal huruf hijaiyah. Ketika akhir kelas 6 SD saya disuruh  mengaji sama bapak saya (karena di keluarga saya dulu yang bisa mengaji dangan lancar hanya bapak saya) ketika mengaji dengan bapak saya, saya selalu dimarahin dengan bapak saya karena salah terus.

Saya berfikir untuk masuk pondok tapi saya malu karena  saya fikir anak pondok itu bisa mengaji semua dan saya juga berfikir kalo di pondok itu ustadznya galak-galak semua. Ketika lulus SD saya bingung mau kemana? bapak saya menyuruh mondok tapi abang saya menyuruh saya masuk sekolah di SMP MELATI (sekolah orang-orang pintar di kota) karena di SD saya selalu dapat rangking terus, dan saya tambah bingung karena ada 2 pendapat yang berbeda  setelah percakapan panjang antara bapak saya dan abang saya dan berbagai pertimbangan akhir saya di putuskan mondok oleh bapak saya.

Akhirnya setelah lulus SD saya berangkat ke pondok pada hari pertama mondok saya menangis kerena tidak betah. Singkat cerita setelah perjuangan yang panjang saya lulus iqra’ selama 8 bulan dan setelah itu dilanjutkan dengan binazhor selama 3 bulan Alhamdulillah setalah 3 tahun dipondok saya mendapat kan hafalan 7 juz. Dan setelah saya lulus saya bingung mau lanjut ke sekolah mana?

 Ketika itu saya di ajak dengan teman saya untuk sekolah di Jawa tapi saya belum tau kalo itu Krincing lalu saya ceritakan dengan bapak saya, ternyata bapak saya sangat setuju saya mondok di Jawa, kira-kira seminggu sebelum berangkat ke Jawa saya sering berubah pikiran saya pikir “ngapain sekolah jauh-jauh kan banyak sekolah yang lain” namun keyakinan seperti itu selalu dihilangkan oleh  my father sering bilang “ga papa sekolah jauh jauh yang penting serius dan bisa membanggakan keluarga” karena di keluarga saya yang paham agama hanya bapak saya.

Dan saya yang selalu di harapkan di keluarga saya, berat memang jadi yang selalu di harapkan. Beberapa hari sebelum berangkat banyak yang harus di persiapkan kala itu masih kondisi pandemi covid19, sehingga yang perlu di siapkan adalah surat Kesehatan,rapidtest lah dan masih banyak lagi. Setelah semua selasai saya bersiap berangkat ke Pondok dan tidak lupa saya berpamitan kepada keluarga-keluarga saya dan yang paling utama adalah berpamitan ke pada ibu.

            Ada rasa senang dan sedih senangnya adalah saya bisa naik pesawat yang saya impikan dari kecil dan ada rasa sedihnya adalah saya meniggalkan keluarga saya dengan waktu yang lama, pada pagi yang cerah setelah persiapan saya langsung menuju  ke Bandara Samarinda ke Bandara Kulon Progo di dalam pesawat aku hanya memikirkan kenangan yang ada di di rumah setelah sampai di Bandara Jogja saya langsung naik taksi bandara ke Malioboro sengaja jalan-jalan dulu biar gak kaget, sebenarnya saya tidak sendirian saya bertiga bersama teman saya. Setelah waktu penginapan habis kami berangkat ke Krincing naik bis. Ketika di bis saya berfikir “pasti pondok nya bagus,bersih,dan sebagainya”setelah sampai di Pondok saya bertanya kepada teman saya.

Aku: "Mana sekolahnya katanya ada smk nya ?"

Teman: "Sekolah mu di sana tadi yang kita lewati" 

Aku: (kaget) "Massa itu sekolahnya kok banyak batu,pasir sama besi"

Teman : "Belum jadi paling sekolahnya"

Setelah itu saya beristirahat di pondok untuk melepas kepenatan,lalu malam nya saya bertemu pak puji

Pak Puji : "Mau masuk SMK? Udah bawa persyaratannya?"

Aku : "Sudah pak"

Lalu saya menyerahkan syarat-syarat untuk masuk SMK setelah selesai saya disuruh ke lantai 2 tempat anak-anak yang baru masuk dan ternyata disana udah lumayan ramai dan ternyata muridnya tidak hanya orang-orang Jawa. Setelah 1 bulan, kami di pindahkan ke gedung SMK yang baru tidak terlalu buruk dalamnya cuma depannya aja yang banyak batu sama rumputnya. Tahun pertama kami 1 angkatan belum bisa khuruj 40 hari karena masih pandemic, ketika hari pertama waktu serasa lama sekali karena teman-teman masih sedikit ketika 1 bulan lebih udah lumayan nyaman karena udah banyak teman-teman, 1 tahun pertama sangat menyenangkan walaupun tidak bisa keluar sampai-sampai saya tidak tau yang namanya Secang😉. Alhamdulillah tahun pertama saya dapat 6 juz senang sekali karena yang sima’an 3 juz dapat sertifikat dan naik ke panggung dan tahun ke 2 saya dapat hanya 3 juz tapi saya sedikit kecewa karena teman-teman saya banyak yang gugur dari 70 siswa menjadi 41 siswa di sinilah saya mendapatkan banyak pelajaran yang belum saya dapat dari sekolah sebelumnya seperti ilmu fiqih, tajwid, dan akhlaq seperti ahklaq kepada orang tua teman-teman, ohh iya satu lagi terimakasih kepada teman teman sepejuangan yang membantu saya di kala senang maupun susah thank you everyting fourgens and SMK A-D-A sekian terimakasih

 

 

‘’Berproses lah maka kau gapati manisnya keberhasilah’’

Posting Komentar

Copyright © SMK ADA. Designed by OddThemes