BANGKIT UNTUK PULIH
Karya Oleh : Abdi Tera Wijaya
Namaku
Abdi Tera Wijaya aku dilahirkan di Bengkulu, tepatnya di Desa Sumber Harapan
Kecamatan Maje Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Aku anak keempat dari lima
bersaudara. Sejak kecil aku sudah didik untuk menjadi anak yang mandiri. Ketika
menduduki Sekolah Dasar/SD aku sudah memberanikan diri untuk berusaha
mendapatkan uang tanpa meminta kepada orang tua, dan aku pun memulai berpikir
untuk mendapatkan uang sendiri tanpa meminta kepada orang tua adalah dengan
bekerja. Aku pun berinisiatif untuk bekerja di TPI ( Tempat Pelelangan Ikan )
aku membantu nelayan untuk memindahkan ikan dari perahu ketempat pelelangan.
Kala itu aku di gaji dengan 1 ekor ikan per satu perahu maka satu ikan pun
kudapatkan, kadang aku mendapatkan 5 ekor ikan dalam 1 hari, dan ikan yang
kudapat, kubawa pulang untuk kujual kepada ibukku, kebetulan ibuku mempunyai
Rumah Makan, yaa itung itung membantu orang tua hehe.. 5 ekor ikan itu kuhargai
dengan 20.000 rupiah dan ibuku pun setuju dengan tawaranku disitu aku sangat
senang karena aku bisa mendapatkan uang dengan cara ku sendiri tanpa meminta ke
orang tua. Yaa walaupun itu uang dari orang tua juga sih tapi kan itu hasil
kerja ku sendiri, sebenarnya masih banyak pekerjaan yang kulakukan saat sd tapi
aku memilih untuk ku singkat saja.
Berlanjut
ke jaman smp ku, saat smp aku sekolah di SMPN 16 KAUR, nah pas di masa ini
sifatku berubah drastis, yaa bisa dibilang terpengaruh oleh lingkungan, pasti
banyak yang bertanya “kok bisa” karena lingkungan disana 70% anak remajanya menkonsumsi
obat dan minuman yang terlarang, “yaa mau heran tapi anak pesisir namanya” saya
pun saat itu tergolong seperti itu sampai-sampai sekolah saya abaikan agama
saya tinggalkan hanya untuk ketenangan yang tidak nyata. Satu tahun kehidupan
seperti itu kulalui, siang tidur malamnya mulai beraktivitas tetapi tidak ada
satu keluargaku yang menyadari perbuatanku itu. Seiring berjalannya waktu,
tahun pun berganti disitu aku merasa hidupku semakin hancur, badan sudah semakin
kurus kesehatan mulai melemah tapi entah kenapa rasa canduku semakin menjadi. 1
hari tanpa memakai benda haram itu rasanya seperti hidup tapi tak bernyawa
seketika aku berpikir “kalau begini terus aku akan mati akan benda itu” aku pun
memutuskan untuk berhenti dari perbuatan yang telah merusak masa remajaku.
Ternyata bukan hal yang mudah untuk meninggalkan benda itu aku harus beberapa
kali berpikir dengan diriku sendiri sampai aku memutuskan untuk berdiam didalam
kamar selama 2 hari, disitu keluargaku mulai khawatir denganku, tidak biasa aku
berdiam selama itu tidak lama kemudian ibuku mengetuk pintu kamarku disitu aku
belum sadar bahwa ibuku mengetuk pintu setelah beberapa kali ketukan aku pun
mulai tersadar bahwa ada yang mengetuk pintu aku pun mulai berjalan kearah
pintu itu aku membuka pintu dan ternyata itu ibuku, ibuku pun bertanya kepadaku
“kamu kenapa belakangan ini banyak diem diri dikamar” awalnya aku sungkan untuk
mengatakan penderitaanku aku hanya menjawab “tidak ada apa apa” Ibuku bilang lagi
“udah bilang aja” lalu aku membisikkan kepada ibuku “Mama jangan bilang siapa
siapa yaa…janji?” Ibuku berbicara kepadaku “iyaa..” lalu aku ceritakanlah semua
perbuatan yang kulakukan selama ini setelah mendengarkan curhatanku, Ibuku
memberi nasehat kepadaku “kamu sekarang lebih baik ke Rumah Makan Papa yang
diAir Jawa karena kalau kamu disitu pasti terjaga..itung itung bantuin Papa
kamu disitu” aku berkata “yang bantu Mama disini siapa?” berhubung dulu orang tua ku mempunyai 2 Rumah
Makan. Terus ibuku bilang “kalau siang Mama sama karyawan aja disini, kamu
kalau pulang sekolah bantuin Papa, nah…kalau udah malem kamu yang jaga gantiin
Mama”. Sekitar 5 bulan aku menjalani hidup seperti itu.
Tepat
hari Kamis aku bersama Kakakku sedang di Rumah Makan Papaku saat itu hujan dari
pagi sampai menjelang malam tidak kunjung reda kebetulan Rumah Makan kami tepat
di pinggiran sungai, sekitar habis maghrib disitu air sungai itu mulai merendam
halaman Rumah Makan, disitu para warga mulai menuju ketempat yang lebih tinggi,
disitu aku dengan kakakku bergegas menutup Rumah Makan. Setelah kami menutup
Rumah Makan kami bergegas menuju tempat pengungsian bencana, saat kami berjalan
menuju tempat pengungsian ternyata air sudah sampai lutut, disitu aku mulai
khawatir, setelah kami sampai ketempat tersebut kami langsung beristirahat,
tetapi hujan tak kunjung reda, sekitar jam 10:15 disaat warga sedang
beristirahat, seketika terdengar suara gemuruh air yang begitu deras dan tak
lama kemudian terdengar benturan yang begitu kencang dan seketika itu juga
tanah bergetar, semua warga panik dan ketika aku menoleh kearah Rumah Makan
kami ternyata disitu tempat pusaran air, pusaran air itulah yang
menpora-porandakan Rumah Makan kami sampai semua bangunan hancur, disitu saya
mulai meneteskan air mata seraya berkata “cobaan apalagi ini ya Allah..” sambil
menangis, disitu Kakakku langsung jatuh pingsan aku bersama Kakakku pun langsung
dibawa ketempat istirahat. Pagi pun tiba disitu aku terbangun dari tidurku, aku
langsung berjalan kearah luar disitu banjir telah surut hujan telah reda tetapi
hati ini masih terluka Ketika melihat Rumah yang kami diami sekarang hancur
tidak berbentuk karena derasnya banjir. Disitu aku langsung menghubungi
keluargaku yang berada di tempat lain, tetapi aku belum memberi tahu ke keluargaku
tentang kejadian tadi malam, tak lama kemudian keluargaku datang tetapi aku
merasa aneh ketika orang tua ku datang disitu mereka terlihat biasa saja, terus
kedua orang tuaku memelukku kami berdua seraya berkata “kalian yang sabar
mungkin ini ujian Allah” .
Hari demi hari berganti pada saat pembagian
rapot aku dinyatakan naik kelas 9 disitu Papaku membicarakan tentang Pondok,
disitu aku ingin dimasukkan ke Pondok oleh Papaku tetapi aku bersikeras untuk
melanjutkan sekolahku namun Allah berkehendak lain, seketika aku langsung
terpikir kejadian bulan lalu disitu aku mulai berpikir aku harus menaati
keinginan orang tua ku, lalu aku berbicara kepada orang tua “yaudahh aku mau
mondok tapi sambil sekolah, jadi aku mau berangkat setelah tamat smp saja”
Papaku tidak menyetujui keinginanku Papaku berkata “kamu berangkat sekarang,
kalo masalah ijazah smp kamu ambil paket aja” dengan hati terpaksa aku pun meng
iyakan tawaran Papaku.
Di
tanggal 17 juli 2019 aku bersama keluargaku sedang siap-siap untuk pergi
kepulau jawa untuk mengantarkan di situ aku berpamitan dengan teman-temanku,
kerabat dekat ku, dan orang-orang sekitar rumahku, kami ke jawa menggunakan
mobil 2 hari perjalanan kami pun telah tiba di magelang, tepatnya di Ponpes Payaman
I di situ aku mendaftar dan menyelesaikan syarat-syarat untuk masuk pondok, dua
hari kami di Magelang lalu keluargaku ingin kembali ke Bengkulu, di situ aku
meneteskan air mata karena sedih akan berpisah dengan mereka, tak lama kemudian
mereka meninggalkanku sendiri disini, inilah hari pertama ku menuntut ilmu di Magelang.
Jam terus berputar, hari silih berganti, bulan berganti bulan, tak terasa sudah
satu tahun aku di Magelang perpulangan tiba aku mempersiapkan barang-barang
untuk pulang disitu semua santri sangat senang karena akan pulang ke rumahnya
masing-masing, aku pulang memakai mobil travel, dua hari perjalanan, lalu aku
pun tiba di rumah disitu semua keluargaku telah berkumpul menyambut
kedatanganku, aku turun dari mobil aku langsung di sambut oleh keluargaku.
Setelah dua bulan di
rumah, tepat hari minggu aku akan berangkat ke Magelang lagi tetapi kali ini
aku harus berbaur dengan lingkungan baru yaitu lingkungan di SMK ADA pada tanggal 7
Juli 2020 aku telah tiba di SMK ADA tetapi kala itu aku diarahkan untuk tinggal
di SMP IT ADA karena pada saat itu SMK ADA masih belum boleh aktivitas apapun
karena pada saat itu dunia sedang terserang wabah yang mematikan yaitu virus
corona atau dikenal dengan covid-19. Sekitar satu bulan aku bersama siswa siswa
baru berada di SMP IT ADA disana program belum terlalu sempurna seperti
pelajaran belum jalan ngaji cuma 3x, jadi selama di SMP IT ADA aku sudah banyak
berkenalan dengan siswa siswa baru maupun siswa lama, hal yang paling berkesan
bagiku saat di SMP adalah waktu Hari Raya Kurban, karena pada saat itu kami
bisa keluar yaa walaupun cuma dilingkungan pondok sih…
Tanggal 18 Agustus 2020 kami siswa SMK telah pindah kegedung SMK
ADA, kami pindah ke smk pada malam hari supaya tidak terlihat oleh warga
sekitar, pada saat aku baru di SMK bangunan SMK masi seperti proyek pembangunan
tidak seperti saat ini. Satu tahun kami berada di SMK ADA kami sama sekali
tidak pernah merasakan liburan di luar, sholat Jumat saja kami di pondok.
Selama dikelas 10 B pengalaman yang paling berkesan adalah waktu study tour ke
Djogjakarta. Saat kelas 11 aku masuk kelas 11 A diawal kelas 11 kami langsung
melaksanakan salah satu program wajib SMK ADA yaitu khuruj(keluar dijalan
Allah) 40 hari atau training SMK ADA. Pada saat itu seluruh kelas 11 di arahkan
ke Solo, dan saat di Solo kami dipisahkan perkelompok satu kelompok ada 11
orang. Di masing masing kelompok ada 2 Ustadz yang menemani. Aku bersama
rombonganku di arahkan ke Karang Anyar, disitu kami banyak sekali diberi cobaan
seperti di usir, dimarahin, banyaklah cobaan yang kami alami 30 hari kami di
Karang Anyar kami langsung pindah kedaerah pegunungan yaitu Tawang Mangu tepat
di bawah Gunung Lawu. Selama dikelas 11 A saya mulai bisa merubah sikap aku
menjadi lebih dewasa pengalaman yang paling
berkesan dikelas 11 yaitu pas aku
menghancurkan HPku sendiri karena waktu aku sedang khuruj HPku kuletakkan di
Asrama, dan disitu ada orang yang mengobrak abrik barang barang kami disitulah
HP ku dicuri tapi entah bagaimana HP itu bisa ditangkap Ustadz.
Pada saat kelas 12 aku masuk dikelas 12 A disana rasanya aku
seperti kelas 10 dulu karena satu kelas dengan anak anak kelas 10 dulu dikelas
12 A ini rasanya sangat berat karena harus menjadi percontohan adek adek kelas,
dan jumlah Angkatan fourgen’s (Angkatan 4) semakin berkurang dulunya kami
sekitar 70 orang tetapi waktu kelas 12 ini hanya tersisa 41 orang sampai ada
yang bilang Angkatan kami adalah Angkatan yang gagal. Tetapi kami tidak putus
asa kami akan membuktikan kedepan bahwa kami bukanlah Angkatan yang gagal, kami
akan mewujudkan cita cita Almarhum Pak Kyai Mukhlasin yaitu 20 tahun kedepan
pemimpin pemimpin bangsa adalah orang yang paham akan agama supaya Indonesia
menjadi bangsa yang adil dan beradab. Mungkin ini saja yang bisa saya ceritakan.
Pesan saya Janganlah
mencari kejelekan seseorang tetapi carilah kebaikan orang itu walaupun sebesar
biji dzarroh.
30
November 2022
Posting Komentar